REVIEW
BUKU “ TIMOR TIMUR THE UNTOLD STORY”
·
Judul Buku :
Timor Timur The Untold Story
·
Pengarang :
Kiki Syahnakri
·
Penerbit :
PT. Kompas Media Nusantara
·
Tahun Terbit :
Cetakan pertama, Januari 2013
·
Tebal Buku :
436 halaman
B. Tujuan
Pengarang Buku
Menceritakan sisi lain sejarah panjang Timor
timur beserta konflik konfliknya serta mendapatkan penyeimbang sejarah dari apa yang
pernah masyarakat dengar tentang Konflik Timor timur, terutama berita yang
selalu menyalahkan dan menyudutkan Indonesia dan TNI , adanya pelanggaran HAM
yang dihembuskan media asing, bahkan pembaca bisa tahu kecurangan selama
terjadi proses jajak pendapat.
C. Pokok-Pokok/Ringkasan
Isi Buku
Sepertiga panjang karir seorang prajurit TNI
Kiki Syahnakri berhubungan dengan daerah Timor timur, dimulai ketika ia lulus
Akmil, akhir tahun 1971, Letda Kiki Syahnakri mendapatkan tugas pertamanya
selepas keluar dari Kawah Candra dimuka Lembah Tidar Magelang, sebagai komandan
pleton di Kodam XVI/Udayana. Kodam Udayana sendiri meliputi Bali, NTB, NTT dan
TimorTimur waktu itu
Beliau mendapatkan penempatan di Batalyon 743
Kupang, kemudian pindah lagi ke Kompi senapan A, di Waingapu tetap sebagai
komandan peleton. Ketika awal mula Konflik Timor Timur dimulai. Beliau mendapat
tugas sebagai bagian dari sebuah tim yang bertugas mempersiapkan daerah
operasi, itu terjadi dipenghujung 1974, Pimpinan ABRI di Jakarta memperkirakan
, jika konflik di Timor Portugis (sebutan Timor Timur awal mulanya) kian tajam
dan makin memburuk, ABRI akan masuk ke wilayah itu dengan dukungan Amerika
Serikat dengan alasan kemanusiaan, dan tugas Kiki bersama timnya adalah
mempersiapkan analisis daerah operasi, menyangkut gambaran tentang daerah
operasi jika operasi militer dilakukan, misalnya kondisi pelabuhan laut untuk
pendaratan pasukan, fasilitas bongkar muat, penentuan gudang logistik, amunisi,
sampai menghitung jumlah pos penjagaan, didaerah operasi. Tugas Kiki secara
spesifik adalah menginventarisasi pos pos sepanjang perbatasan, dari Motaain
hingga pantai selatan Pulau Timor.
Dalam menginventarisasi pos-pos dan pemetaan
wilayah perbatasan ini, Kiki harus menjaga kerahasiaan tugasnya, dan sedikit
mungkin berinteraksi dengan penduduk lokal, agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Dan agar lebih efektif dalam komunikasi Kiki belajar bahasa Tetun, Bahasa yang
nantinya sangat banyak membantu dia dalam tugas Operasi. Selain tugas utama
itu, Kiki juga membantu program kerja Gubernur Nusa Tenggara Timur El Tari dan
Gubernur Timur Portugis Lemos Pires dibidang ekonomi dan keamanan, terutama
keamanan wilayah perbatasan. Bekerjasama dengan Komandan Militer Portugis yang
ditempatkan di sana , tepatnya di Bobonaro yaitu Mayor Visoco.
Konflik Timor Timur sendiri dimulai setelah
terjadinya Revolusi Bunga di Portugal, 25 April 1974,yang digerakkan para
perwira muda revolusioner untuk menggulingkan dictator Admiral Americo Thomas
yang sedang berkuasa. Riak-riak keberhasilan perjuangan mereka menggema hingga
ke koloninya di Timor Portugis. Hasrat untuk merdeka rakyat Timor Portugis begitu
bergelora, namun mungkin karena belum siap merdeka sendiri, atau atas dasar
pertimbangan politik lain, maka dibentuklah partai politik untuk mencapai
proses menuju merdeka tersebut. Partai politik di Timor Portugis ada UDT, ASDT
yang kemudian menjelma menjadi Fretilin (Frente Revolucionaria de Timor Leste
Independente), kemudian ada Apodeti, KOTA dan Trabalhista. Singkat cerita
terjadilah konflik antara UDT dan fretilin, Fretilin ingin merdeka murni, UDT
ingin merdeka tetapi tetap menginduk ke Portugis, sedang Apodeti sebagai parpol
terkecil ingin bergabung dengan Indonesia.
Diawal tahun 1975 seiring makin berkembangnya
situasi ke arah pergolakan, Bakin (BIN sekarang) mulai mengirimkan personilnya
untuk tugas intelijen dalam rangka persiapan masuk ke wilayah Timor Portugis.
Diantaranya sejumlah tim Kopassandha (Kopassus sekarang) dengan nama sandi “Tim
Flamboyan” dipimpin Kolonel Infantri Dading kalbuadi, Perwira lulusan Pusat
Pendidikan Perwira Angkatan Darat, kawan seangkatan Benny Moerdani, Tim Flamboyan
terdiri dari 3 subtim. Pertama “Tim Susi” dikomandani Mayor Infantri Yunus
Yosfiah, lulusan AMN 1965, wakilnya Kapten Infantri Sunarto, AMN 1968. Tim
kedua bernama “Tim Umi” dipimpin Mayor Sofyan Effendi, kawan seangkatan Yunus
Yosfiah, wakilnya Kapten Infantri Sutiyoso, kawan seangkatan Sunarto. Dan tim
ketiga “Tim Tuti” dikomandani Mayor Infantri Tarub.
Disinilah Perwira muda Kiki mulai berkenalan
dengan para petinggi, dan tokoh-tokoh militer dari Jakarta, seperti Mayjen
Benny Moerdani (Master Mind Konflik Timor Timur), Brigjen Soeweno (Panglima
Kogasgab Seroja), Kolonel Dading Kalbuadi dari Kopassandha, dan Letkol Agus
Hernoto dari Intelstrat.
Konflik pertama Kiki dengan pihak Timor
Portugis terjadi di peristiwa Motaain, 14 September 1975. Saat terjadi
pertempuran hebat antara UDT dan Fretilin didaerah perbatasan Indonesia. Pihak
UDT terdesak hingga ke perbatasan Motaain, wilayah Kiki bertugas sebagai
Komandan Koramil. Sebagian anggota UDT telah masuk wilayah Indonesia karena
terdesak oleh Fretilin yang lebih lengkap senjatanya dan personil yang
berpengalaman dalam bertempur. Kiki berinisiatif menampung para pengungsi UDT
tersebut, Pihak Fretilin masih terus menggempur musuhnya meski mereka tahu,
musuhnya sudah masuk ke wilayah Indonesia. Akibatnya selain pengungsi dan
pasukan UDT, beberapa warga Indonesia diperbatasanpun luka luka terkena Mortir
dan peluru Fretilin. Saat itu Tim Kopassus yang memiliki tugas khusus, yaitu
Tim Flamboyan yang bertugas menyelamatkan tokoh tokoh Apodeti tidak bisa membantu,
begitu juga Tim Susi, tim kopassus yang lain sedang bertugas menyelamatkan Raja
Atsabe Guilherme Goncalves, tokoh Pro integrasi yang dikemudian hari menjadi
Gubernur Timor Timur. Tim Susi dipimpin oleh Mayor Yunus Yosfiah. Kiki
berinisitaif membalas serangan mortar Fretilin itu sebelumnya minta izin kepada
Dandim. Pasukan Kiki kemudian menembakkan mortar 5 organik peleton dari 741.
Serangan balasan ditujukan kearah munculnya mortar dari Fretilin, sayangnya
dari tujuh granat mortar, hanya empat yang meledak yang lain gagal. Serangan
ini mengejutkan pihak Fretilin. Mereka tahu pihak UDT tidak memiliki mortar,
jadi jika ada serangan mortar pasti dari pihak ABRI . Mereka mundur kearah
Batugade. Pihak UDT melakukan recovery, dan konsolidasi.
Kiki bertemu pasangan hidupnya.
Gadis bernama Ratna, lengkapnya Kasperina Ratnaningsih seorang gadis manis,
bekerja sebagai PNS dan sedang melanjutkan kuliah hukum di Universitas Nusa
Cendana, (Undana) Kupang. Beliau harus berkendara sejauh 30 km dari tempatnya
betugas menuju rumah Ratna di Atapupu. Perjumpaan pertama beliau dengan ratna
terjadi disuatu malam pesta dansa dikota Atambua, dilanjutkan dansa bersama
Ratna karena dipinta MC acara pesta itu.
Kepindahan beliau dari staf di Kodim
Atambua menjadi Danki A Batalyon 741 berkedudukan di Kuta Bali, akhirnya
membuat Kiki harus segera menikahi Ratna, setelah berpacaran selama 3 tahun.
Itupun sempat ditentang pihak keluarga Ratna, karena perbedaan keyakinan/agama.
Setelah putra pertama Kiki lahir yang kemudian di beri nama Edo, perbedaan dan
jurang pemisah dengan keluarga ratna menjadi lebur, dan akhirnya mereka
merestui dan menyetujui pernikahan beliau. Dikalangan tentara terkenal dengan
ungkapan “Jodohmu ditangan surat
perintah” artinya, kemana pertama kali ditugaskan setelah keluar dari
Akmil, disanalah pada umumnya perwira muda menemukan jodohnya dan itulah juga
yang dialami perwira muda Kiki.
Beberapa peristiwa baik pertempuran
terjadi antara lain Operasi Kikis
yaitu operasi gabungan TNI (AD, Marinir, Paskhas) dalam upaya melumpuhkan
Fretilin di Timor Timur, dengan sasaran pengepungan gunung Matebian, kemudian
dinamakan operasi Kikis 1, lalu dilanjutkan dengan operasi Kikis 2 yaitu
pengepungan pagar betis Gunung Aitana. Dalam operasi Kikis 2 , dua anggota
Yonif 744 mengalami luka tembak, dari pihak Fretilin sejumlah gerilyawan tewas,
23 tertangkap, disita juga puluhan senjata, dokumen serta buku-buku doktrin.
Kemudian cerita pengepungan Gunung
Mamalau, yaitu ketika beliau memimpin Yonif 744 mengepung gerilyawan
fretilin di Gunung Mamalau. Berlangsung singkat karena hanya satu minggu, tanpa
kontak senjata dengan pihak gerilyawan, namun menemukan senjata yang sengaja
ditinggalkan disebuah gua, lengkap dengan jebakan granat yang siap meledak.
Kemudian cerita “Dialog yang gagal”. Menceritakan
setelah operasi kikis, jalan perundingan lebih diefektifkan, salah satu
kemajuannya adalah adanya upaya dialog antara ABRI dengan pihak Fretilin. Pihak
yang akan berdialog adalah Mayor Gatot Purwanto dan Jose da Conceicao, seorang
asisten politik Fretilin. Dialog ini kemudian dikenal dengan istilah ” kontak
damai”. Namun sebelum “kontak damai” itu membuahkan hasil terjadi insiden
Cararas. Insiden ini berawal dari undangan salah satu tokoh masyarakat Cararas
kepada sejumlah anggota TNI, termasuk beberapa perwira dari Viqueque, untuk
menghadiri pesta dirumahnya. Karena dalam suasana kontak damai, mereka pun
hadir. Ditengah susasan pesta itulah terjadi penyerangan terhadap TNI. Sejumlah
orang muncul dari kegelapan dan memberondong para perwira tersebut. Semua tewas
kecuali seorang perwira rohani yang meloloskan diri memanjat sebatang pohon
disamping tempat pesta tersebut. Dia selamat dan menyaksikan bagaimana
teman-temannya dihabisi. Namun beberapa waktu kemudian dia mengalami gangguan
psikologis akibat pengalaman traumatis penyerangan dan pembunuhan brutal
terhadap teman-temannya. Akibat peristiwa Cararas, Danrem Poerwanto sangat
kecewa dan marah, dan membatalkan upaya kontak damai. Menurut Brigjen TNI
(purn) Johanes Haribowo, yang menjabat Kasrem waktu itu, Xanana mengakui tidak
mengetahui dan tidak terkait dengan penyerangan dan pembunuhan di Cararas. Ia
malah mencurigai adanya pihak ketiga di balik peristiwa itu. Kontak damai
berantakan dan gagal. Konflik bersenjata, kekerasan, dan saling bunuh pun
kembali terjadi.
Ada lagi Peristiwa Dilor, peristiwa Dilor adalah peristiwa dimana Pihak TNI
dituduh membunuh dan merampok 2 anggota hansip penduduk setempat. Pihak TNI
membuktikan bukan mereka yang membunuh dengan menghadang pihak GPK (gerakan
pengacau Keamanan) yang dicurigai menjadi pelaku pembunuhan, dan ditemukan
hasil rampokan yaitu kain Tais, tombak dan parang, sama dengan barang yang
hilang di rumah adat yang dijaga 2 hansip itu,.
Mengenai berselisih paham dengan
Prabowo, terjadi di pertengahan tahun1995. Ketika itu Prabowo berpangkat
Kolonel menjabat sebagai Wadan Kopassus dan Kolonel Kiki Syahnakri Sebagai
Komandan Korem Timor Timur. Perselisihan pendapat itu terjadi ketika Tim kopassus
pimpinan Prabowo Subianto memiliki tugas dalam Operasi melati, antara lain
penerbitan Buletin dan pembentukan “massa Tandingan”. Alasannya adalah untuk
membendung gejolak aksi demonstrasi yang kembali marak di Timor Timur, terutama
Dili. Daripada demonstran dihadapi oleh TNI, dan kemudian jika terjadi
kerusuhan dan jatuh korban jiwa, TNI yang disalahkan, dituduh melanggar HAM dan
harus bertanggung jawab, maka lebih baik dihadapi oleh massa lain sesame warga
Timor Timur: “massa demonstran sungguhan versus massa demonstran tandingan”.
Hal ini bagi Kolonel Kiki tidak rasional dan berisiko tinggi, karena akan
menimbulkan konflik horizontal yang memakan banyak korban, semakin lama akan
kian meluas hingga sulit diredam, yang akhirnya TNI juga harus turun tangan.
Maka sebagai komandan Korem Kiki menolak program itu. Silang pendapat terjadi
diruang kerja Danrem, dimana Pangdam Udayana Mayjen Adang Ruchiatna turut
hadir.
“Wo, anda pasti paham bahwa senjata ampuh kita
dalam bidang diplomasi sehingga kita masuk ke Timor Timur dan masih berada
disini hingga saat ini adalah argumentasi kita yang menyalahkan Portugis,
karena mereka meninggalkan Timor timur tanpa tanggung jawab sehingga terjadi
perang saudara, terutama antara UDT dan Fretilin. Nah sekarang kita mau membuat
massa tandingan menghadapi demonstrasi? Bukankah dengan itu kita pun melakukan
kesalahan yang sama, menciptakan perang saudara lagi? Kiki menegaskan pandangannya
atas penolakan itu.
“Enggak bisa Bang! Tidak ada jalan
lain. Nanti ada tuduhan pelanggaran HAM lagi, pelanggaran HAM lagi, kalau tidak
segera dibereskan,” jawab Prabowo dengan nada tinggi.
“Wo, lalu siapa yang bertanggung
jawab jika ada korban dalam benturan antara demonstran dan massa tandingan itu?
Tetap saya yang bertanggung jawab, bukan kamu!” Kikipun mulai terpancing emosi.
“Kan implementasinya bisa diatur!
Bisa dikendalikan! Korem harus bisa mengendalikan, Abang selama ini telah
gagal…..Saya justru mau membantu Bang! Cetusnya dengan suara yang makin
meninggi.
“Apa…?? Saya gagal?? Wo, mana mungkin
bisa dikendalikan, kalau sudah jatuh korban, pasti perkelahian akan meluas,
bahkan akan menjalar ke tempat lain! Kiki amat kecewa dan marah dengan jawaban
Prabowo yang menudingnya gagal, terkesan menyederhanakan masalah, dan
mengalihkan tanggung jawab.
Akhirnya Prabowo meninggalkan
ruangan.
Kiki kemudian berbicara 4 mata
dengan Pangdam, Pak Adang sependapat dengan Kolonel Kiki, dan sepakat selama
Kiki menjabat Danrem, ide “massa tandingan” tidak boleh dibiarkan berjalan.
Secara fundamental konsep itu bertentangan dengan filosofi operasi lawan
gerilya, how to win the heart and mind of the people, maupun dengan nilai yang
dianut TNI, Sapta Marga dan Delapan Wajib TNI.
Konflik yang kedua dengan Prabowo
terjadi ketika Korem dan Pemda Dili berencana menerbitkan Surat kabar untuk
mengimbangi berita yang berat sebelah yang selama ini beredar dan dihembuskan
surat kabar local “Suara Timor Timur”.
Entah dari siapa informasinya hingga Prabowo tahu dan mencak-mencak. Barangkali
karena sebelumnya Kiki menolak ide “massa tandingan” maka rencana penerbitan
surat kabar oleh Korem dianggap menyaingi rencana penerbitan bulletin sebagai
bagian dari Operasi Melati. Padahal rencana penerbitan itu muncul jauh sebelum
Kopassus bertugas dengan Operasi Melatinya. Hanya dua minggu setelah setelah
Konflik dengan Prabowo, Kiki melepas jabatannya sebagai Danrem dan digantikan
oleh Kolonel Mahidin Simbolon. Kiki mendapat tugas sebagai perwira menengah
senior pembantu utama asisten KSAD (Paban-2 KSAD). Entah itu eksis akibat
konflik nya dengan Prabowo atau bukan , Kiki malas untuk memastikan. Prabowo
waktu itu masih merupakan anak kesayangan Cendana.
Salah satu sifat yang dimiliki Kiki
adalah membina, dan memanusiakan tawanan fretilin yang tertangkap, dengan
pendekatan bahasa Tetun (bahasa Timor Timur) yang beliau kuasai, beliau dapat
mengambil hati para tawanan untuk mau bekerja sama dengan TNi secara sukarela.
Memberi kepercayaan kepada mereka, bahwa mereka bukanlah musuh, tetapi teman dan
saudara satu tanah air.
Ketika terjadi Jajak pendapat , Kiki
sudah berpangkat Mayor Jendral dan diserahi tugas sebagai Panglima Penguasa
Darurat Militer mengamankan proses jajak pendapat dan setelahnya, penyerahan
kedaulatan serta ekses ekses yang ditimbulkan. Sebelumnya tugas ini dipegang
Pangdam Udayana Mayjen Adam Damiri. Tugas pertama beliau dulu, memulainya
didaerah Timor, dan kemudian beliau harus mengakhirinya sebagai Panglima
Darurat Militer, dengan hasil Timor timur harus berpisah dengan Indonesia. Hal
ini menyesakkan dada Mayjen Kiki Syahnakri. Tidak mudah bagi seorang Kiki
meninggalkan dan melupakan tapak-tapak perjalan karier serta pengabdiannya
disana. Menjalani kehidupan yang sering kali diwarnai desingan peluru, dentuman
mortir, gelegar meriam, cucuran keringat, bahkan hilangnya nyawa sesama
prajurit atau pihak lawan, dan tragisnya diakhir perjalanan panjang tersebut,
dia harus meninggalkan Timor Timur dengan menerima caci maki dari masyarakat
prokemerdekaan. Senin ,27 September 1999, setelah serah terima jabatan komando
pengendalian keamanan Timor Timur kepada Mayjen Peter Cosgrove (Interfet), Kiki
mengakhiri pengabdiannya di bumi Timor timur, yang kini rakyatnya telah
menetapkan sebuah nama baru “Timor Leste”, dan Kiki siap kembali ke Jakarta.
Pasca jajak pendapat keamanan Timor
timur yang kemudian beralih nama menjadi Timor Leste diserahkan Kiki ke pihak
PBB dengan Interfet nya. Tugas Kiki sebagai Panglima Darurat Militer selesai.
Kiki kemudian dipromosikan sebagai Pangdam Udayana menggantikan Adam Damiri.
Banyak kisah yang beliau tulis di
buku ini pasca referendum, tentang kelicikan media asing, pemberitaan yang
selalu menyudutkan TNI, penanganan pengungsi pro integrasi dan penyerahan
senjata milisi pro integrasi. Konflik Brimob dan Unifet, terbunuhnya personel
UNHCR dan masih banyak lagi. Dimasa damai, karir tertinggi Kiki adalah sebagai
WaKASAD dengan pangkat Letnan Jendral, Kasad nya ketika itu adalah Jendral
Endriartono Sutarto.
Diakhir penulisan Kiki Syahnakri
menulis sebab sebab mengapa Timor Timur lepas, tidak leluasanya beliau ke Luar
negeri karena isu pengadilan HAM perwira TNI atas Timor Timur, harapan besar
beliau kedepannya , dan kecintaan beliau terhadap warga Timor Leste dan
pengungsi.
Beliau mengatakan, pada saat itu
banyak media, khususnya asing yang pemberitaannya cenderung membohongi publik
dan menyudutkan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan Indonesia.
“Melalui buku ini, saya ingin
membongkar kebohongan-kebohongan itu dengan mengatakan yang sesungguhnya
terjadi,”.
D. Keunggulan Buku
Dibuku ini semua kisah suka duka
Kiki Syahnakri selama penugasan di Timor timur diceritakan secara apik, seolah
olah pembaca juga ikut ada dan mengalami kejadian itu, gaya bahasa dan
penulisan yang santai, serta pengambaran daerah operasi, pertempuran, begitu
nyata dan mudah diikuti. Selalu ada keinginan untuk terus mengikuti jalan
cerita di setiap kisahnya, apa yang akan terjadi selanjutnya.
E. Kelemahan Buku
Terdapat berapa kesalahan dalam penulisan kata-kata.
F. Saran pada Penyaji Buku
Buku ini sangat bagus
dibaca oleh semua kalangan. terutama bagi generasi muda, baik sipil maupun
militer. Bagi generasi muda TNI pun, buku ini akan sangat bermanfaat, terutama
untuk meneladani sikap dan tindakan yang diambil Kiki dalam menjalankan tugasnya.
Bapak2 TNI & Sipil yang mengalami peristiwa2 ini tolong dibuatkan buku yang lengkap & benar mengenai peran Prabowo di Timtim karena kami banyakmendengar / informasi yang negatif atas hal ini
ReplyDeleteTerima kasih
Mencopy paste tulisan saya dr wiwith.wordpress.com tanpa menuliskan sumber cerita.. padahal labels nya tugas SMA, segitunya kah siswa skrg main plagiat tanpa menuliskan sumber. Review saya ditulis di tahun 2013. Blog ini ditulis di tahun 2017.
ReplyDeleteIni link review saya: https://wiwith.wordpress.com/2013/03/29/review-buku-timor-timur-the-untold-story-letjend-tni-purn-kiki-syahnakri/