Friday, April 14, 2017

Review Film 99 Cahaya di Langit Eropa



Review Film
99 Cahaya di Langit Eropa


1.      Informasi Film
Sutradara         :  Guntur Soeharjanto
Produser          :  Ody M. Hidayat
Penulis            :  Alim Sudio, Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra (screenplay), Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra (novel, 99 Cahaya di Langit Eropa) 
Penyunting        :  Ryan Purwoko
Sinematografi    :  Enggar Budiono 
Distributor         :  Maxima Pictures
Pemain           :  Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Raline Shah, Nino Fernandez, Alex Abbad, Marissa Nasution, Geccha Tavvara, Dewi Sandra, Dian Pelangi, Hanum Salsabiela Rais, Fatin Shidqia Lubis 
Musik                 :  Cahaya di Langit Itu (Fatin Shidqia Lubis)
Durasi                 :  105 menit

2.      Review Film
Berawal dari Vienna, ibu kota Austria, Hanum dan suaminya, Rangga, memulai kisah mereka. Rangga yang saat itu menempuh kuliah doktor di WU Vienna dan Hanum yang dulunya bekerja di bidang jurnalistik mendampingi sang suami selama di Eropa. Mereka sangat sulit hidup di Eropa apalagi dengan status mereka sebagai muslim. Rangga kesulitan mencari makanan yang halal dan kesulitan mencari tempat sholat di kampusnya.Sedangkan Hanum mengalami kesulitan mencari pekerjaan karena kurang fasih berbahasa Jerman.
Harapan Hanum untuk bangkit kembali mucul saat ia melihat poster kursus berbahasa Jerman gratis. Dan di tempat itulah yang menemukan Hanum dengan Fatma Pasha.Seorang muslimah berkerudung dari Turki.Dan semenjak pertemuan di tempat kursus tersebut, mereka pun bersahabat.Setelah kursus berahir, Fatma mengajak Hanum untuk menjemput anaknya, Ayse, di sekolahnya.Saat Hanum bertemu dengan Ayse, Ayse menanyakan sesuatu kepada ibunya.
“Ma, Tante Hanum muslim kan? Tapi kok Tante Hanum tidak berkerudung seprti kita?” begitu tanya Ayse. Pertanyaan yang cukup mengejutkan Hanum tersebut hanya dijawab oleh Fatma dengan jawaban “Tante Hanum masih sakit kepala.Nanti kalau sudah sembuh pasti Tante Hanum berkerudung.”
Ayse, seorang anak kecil yang telah memutuskan berkerudung dengan keinginannya sendiri meskipun dia mendapatkan banyak ejekan dari teman-temannya. Teman-teman Ayse masih banyak yang menganggap bahwa seorang muslim adalah teroris. Oleh karena itu, Ayse sering diolok-olok oleh teman-temannya.Guru Ayse yang tidak tega melihat keadaan Ayse, mencoba berbicara ke Ayse untuk melepas kerudungnya.Meskipun terkesan dipaksa, Ayse tetap tidak mau untuk melepas kerudunngnya.
Berbagai masalah dialami Hanum dan Rangga dalam menjalani hidup di negeri orang sebagai pendatang baru.Seperti halnya, Rangga yang mengalami kesulitan untuk melaksanakan sholat di tempat kuliahnya dan juga Hanum yang mendapat protes dari tetangganya karena bau ikan asin yang dimasaknya.Namun, Hanum dan Rangga tetap sabar dalam menjalaninya.
Hanum, Fatma, dan Ayse sudah merencanakan perjalanan yang menyenangkan untuk mengunjungi beberapa tempat yang menjadi peradaban Islam di Eropa. Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah Sungai Danube.Selanjutnya mereka ke Bukit Kahlenberg.Bukit Kahlenberg merupakan tempat pasukan Turki yang dipimpin Kara Mustafa sehingga pasukan Turki terusir dari tentara Jerman dan Polandia.
Pada saat mereka menyantap makan siang di kafe bukit tersebut, Hanum mendapatkan kebenaran tentang cappuccino yang diceritakan oleh Fatma.Kebenaran ini adalah bahwa cappuccino berasal dari Turki.Tak lama setelah menceritakan cappuccino, Hanum menguping pembicaraan dua orang bule di balik pintu tempat duduknya.Dua orang bule tersebut sedang membicarakan tentang roti Croissant.Si bule bercerita kepada temannya bahwa roti Croissant bentuknya seperti bendera Turki.Berdasarkan sejarahnya, pasukan Eropa pernah mengalahkan pasukan Muslim Turki.Untuk merayakan kemenangan, masyarakat Eropa membuat roti Croissant yang berbentuk bulan sabit.Mereka sengaja membuatnya untuk dimakan dan bukan untuk di hormati.Hanum yang mendengarnya merasa kesal dan menghentikan Fatma dan Ayse untuk melanjutkan makan roti Croissant tersebut. Sebelum Hanum menghampiri kedua orang bule tersebut, Fatma mencegahnya dengan membayar makanan kedua orang tersebut dan menitipkan surat ke pelayan.
Hanum merasa kesal kepada Fatma karena ia tidak mau membela agamanya sendiri dan malah membayar makanan orang yang telah mengolok-ngolok agamanya. Fatma menanggapinya hanya dengan berkata bahwa ia seorang agen muslim dan ia ingin menjadi agen muslim yang baik. Surat yang dituliskan Fatma berisikan pesan untuk kedua orang bule yang berisikan “Halo, saya Fatma. Saya seorang muslim. Senang berkenalan dengan kalian.”Fatma juga mencantumkan alamat emailnya. Saat kedua bule tersebut hendak membayar makanannya, mereka menerima surat dari pelayan dan merasa malu setelah membaca pesan tersebut.
Di lain sisi, Rangga yang sedang gelisah karena mengetahui bahwa ujiannya akan dilaksanakan hari Jum’at pada saat Sholat Jum’at berlangsung. Stefan, teman Rangga yang seorang atheis, mengetahui kegelisahan Rangga dan menyarankannya untuk berbicara dengan Profesornya.Rangga menyetujui saran tersebut. Lalu ia mengajak Khan, temannya yang sesama muslim, untuk menghadap ke Profesor. Tetapi Khan menolaknya, karena ia tidak bisa untuk bertoleransi jika melibatkan ibadahnya.
Keesokan harinya, Fatma dan Ayse berjanji bertemu dengan Hanum di Museum Wien Stadt.Saat Fatma dan Ayse tiba di museum tersebut, mereka tidak bertemu dengan Hanum dan mengira bahwa Hanum membatalkan janjinya karena masalah kemarin.Tetapi, saat FAtma menerangkan sesuatu kepada Ayse, tiba-tiba Fatma datang dan memeluk Ayse.Akhirnya, mereka bertiga pun memasuki museum tersebut.Fatma sempat menangis ketika melihat foto Kara Mustafa di museum ini.Ia baru menyadari bahwa ia masih memiliki hubungan darah dengan Kara Mustafa. Hal ini diketahuinya dengan nama belakang Kara Mustafa yang sama dengan namanya, yaitu Pasha.
Setelah dari museum tersebut, Fatma mengajak Hanum kerumahnya.Disana, Hanum bertemu dengan sahabat Fatma yaitu Latifa dan Ezra. Hanum diajak oleh keduanya untuk bergabung bersama untuk menjalankan misi agen muslim yaitu mengajar mengaji anak-anak muallaf. Fatma mengajak Hanum karena ia fasih berbahasa Inggris.
Rangga menemui Profesor untuk membicarakan ujiannya. Sebelum ia meminta ijin, profesornya mengatakan bahwa ia sangat menyukai proposal Rangga dan memberitahu Rangga bahwa bulan depan ia akan pergi ke Paris untuk mengurus hal itu. Medapat kabar tersebut, Rangga pun sangat senang dan berterimakasih ke Profesor. Tetapi tujuan untuk menemui Profesornya tidak ia lupakan. Ia meminta ijin ke Profesornya untuk mengganti jadwal ujian atau setidaknya mengijinkan Rangga untuk melaksanakan ujian setelah Sholat Jum’at selesai. Tetapi hal itu tidak dapat diterima oleh profesornya.Ia mengatakan ke Rangga bahwa ia harus menerima konsekuensinya jika ia meninggalkan ujian ini yang berarti Rangga harus mengulang di tahun depan. Mengetahu bahwa usaha membujuk profesornya gagal, teman Rangga, Maarja, mencoba untuk menawari Rangga denga dia tidak ikut juga dalam ujian tersebut. Maarja memang seperti memiliki rasa untuk Rangga meskipun ia mengetahui bahwa Rangga telah mempunyai istri. Rangga menolak tawaran Maarja. Dan di hari pelaksanaan ujian, dengan berat hati, Rangga memutuskan untuk tetap mengikuti ujian sedangkan Khan tetap memilih untuk melaksanakan Sholat Jum’at.
Hanum menjemput suaminya di tempat ia kuliah. Disana ia bertemu dengan Stefan yang baru keluar dari ruang ujian. Stefan yang langsung menyadari bahwa Hanum adalah istri Rangga mengatakan bahwa ia senang bertemu dengan Hanum. Begitu juga dengan Hanum.Hanum bertanya ke Stefan dimana Rangga berada, apakah dia masih melaksanakan sholat Jum’at.Menyadari bahwa Hanum tidak mengetahui Rangga meninggalkan Sholat Jum’at untuk mengikuti ujian, Stefan meninggalkannya.Tidak lama kemudian, Rangga keluar dari ruang ujian.Hanum yang melihat wajah gelisah di wajah suaminya, mengajak Rangga untuk melaksanakan Sholat Dhuhur.Sesampainya di rumah, Hanum menerima email dari Fatma yang berisi permintaan maaf dari bule yang ditemuinya di kafe Bukit Kahlenberg. Hanum merasa bahwa ternyata Fatma benar dan ia merasa senang akan hal itu.
Sebelum keberangkatan Hanum dan Rangga ke Paris, mereka bertemu dengan Fatma dan suaminya serta Ayse untuk makan bersama.Fatma mengajak mereka berdua untuk makan di sebuah restoran Islam yang memberikan kepercayaan penuh ke pelanggannya.Di restoran ini, kita bisa makan sepuasnya dan membayar sesuka kita.Setelah mereka selesai makan, Fatma memberikan titipan ke Rangga untuk diberikan kepada Hanum.Sedangkan Hanum mengantar Ayse untuk pergi ke kamar mandi. Fatma juga tidak lupa memberikan kartu nama Marion Latimer, temannya yang tinggal di Paris. Fatma berharap Marion bisa menemani Hanum selama di Paris.
Sesampainya di Paris, Hanum dan Rangga langsung menemui Marion. Setelah Hanum bertemu dengan Marion, Rangga meninggalkan Hanum untuk melakukan tugasnya.Marion adalah seorang muallaf yang merupakan ahli sejarah di Paris, bersama Marion, Hanum diajak ke Museum Louvre.Di dalam museum tersebut terdapat banyak lukisan lukisan terkenal, seperti contohnya Monalisa.Tapi yang menarik bagi Marion adalah Lukisan Bunda Maria.Yang menarik dari lukisan tersebut adalah terdapat kaligrafi yang bertuliskan La ilaha illallah.Tujuan selanjutnya yang dikunjungi Hanum dan Marion adalah Monumen Arc de Triomphe.Monumen Arc de Triomphe memiliki patung Napolleon Bonaparte diatasnya. Marion mengatakan bahwa monumen ini memiliki garis lurus imajiner yang tepat membelah kota Paris. Jika garis tersebut ditarik lurus sampai ke timur, maka garis tersebut tepat mengarah ke Ka’bah, Mekkah.Mengetahui keajaiban ini, Hanum merasa terpukau.
Setelah berkeliling di kota Paris dengan Marion, Hanum menemui Rangga di Menara Eiffel. Dan di tempat inilah, Marion berpisah dengan Hanum dan Rangga karena mereka akan kembali ke Vienna. Sebelum pergi, Marion menitipkan sesuatu untuk diberikan ke Fatma dan Ayse.Hanum dan Rangga menyempatkan untuk berjalan-jalan sebentar di Menara Eiffel.Dan disana Rangga mengumandangkan adzan Maghrib.Hanum dan Rangga pun sudah kembali ke Vienna.
Saat Hanum kembali ke Vienna, ia tidak dapat menemukan Fatma dan Ayse. Bahkan rumah mereka kosong.Hanum mencoba menghubungi Fatma melalui telepon, sms, email, dan yang lain, tetapi tidak ada balasan dari Fatma. Rangga yang melihat istrinya bersedih  teringat sesuatu bahwa Fatma dulu sebelum mereka pergi ke Paris menitipkan sesuatu untuk Hanum. Dan ternyata titipan tersebut adalah poster lowongan pekerjaan reporter. Hanum merasa bahwa Fatma telah mempersiapkan ini agar ia tidak bosan setelah kembali dari Paris.
Marion menanyakan ke Hanum apakah titipan untuk Fatma dan Ayse sudah diberikan.Hanum berkata jujur bahwa dia belum bisa bertemu dengan keduanya. Lalu Rangga teringat dimana ia meletakkan titipan tersebut. Setelah menemukannya, ia membawanya ke Hanum. Hanum membuka isi titipan yang diberikan Marion tersebut. Setelah Rangga melihat isi titipan tersebut, ia bertanya ke Hanum “Fatma sakit kanker?”.Hanum terkejut mendengar pertanyaan suaminya.Rangga menjelaskan bahwa titipan tersebut merupakan obat herbal untuk orang sakit kanker. Merasa penasaran, Hanum membuka surat yang disertakan di titipan tersebut. Setelah membaca surat tersebut, Hanum mengetahui bahwa ternyata Ayse yang sakit kanker. Hanum merasa sangat sedih ketika mengetahui ternyata Ayse sakit kanker.Ia tidak menduga bahwa anak kecil yang selalu ceria tersebut mengalami sakit yang parah.
Hanum mengajak Rangga untuk pergi ke Bukit Kahlenberg.Dia mengatakan bahwa bukit ini merupakan tempat favorit Ayse.Hanum sangat merindukan Ayse dan juga Fatma.Ia berharap mereka berdua baik-baik saja.
Setelah dari Bukit Kahlenberg, Hanum mengatakan keinginannya untuk pergi ke Cordoba, Spanyol. Dan Rangga mengatakan “Oke kita akan kesana.”.



No comments:

Post a Comment