99
Cahaya di Langit Eropa
1. Informasi Film
Sutradara : Guntur
Soeharjanto
Produser : Ody M. Hidayat
Penulis : Alim Sudio, Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra (screenplay), Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra (novel, 99 Cahaya di Langit Eropa)
Penyunting : Ryan
Purwoko
Sinematografi : Enggar
Budiono
Distributor : Maxima
Pictures
Pemain : Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Raline Shah, Nino Fernandez, Alex Abbad, Marissa
Nasution, Geccha Tavvara, Dewi Sandra, Dian Pelangi, Hanum
Salsabiela Rais, Fatin Shidqia Lubis
Musik : Cahaya di Langit Itu (Fatin Shidqia Lubis)
Durasi : 105 menit
2.
Review Film
Berawal dari
Vienna, ibu kota Austria, Hanum dan suaminya, Rangga, memulai kisah mereka.
Rangga yang saat itu menempuh kuliah doktor di WU Vienna dan Hanum yang dulunya
bekerja di bidang jurnalistik mendampingi sang suami selama di Eropa. Mereka
sangat sulit hidup di Eropa apalagi dengan status mereka sebagai muslim. Rangga
kesulitan mencari makanan yang halal dan kesulitan mencari tempat sholat di
kampusnya.Sedangkan Hanum mengalami kesulitan mencari pekerjaan karena kurang
fasih berbahasa Jerman.
Harapan Hanum
untuk bangkit kembali mucul saat ia melihat poster kursus berbahasa Jerman
gratis. Dan di tempat itulah yang menemukan Hanum dengan Fatma Pasha.Seorang
muslimah berkerudung dari Turki.Dan semenjak pertemuan di tempat kursus
tersebut, mereka pun bersahabat.Setelah kursus berahir, Fatma mengajak Hanum untuk
menjemput anaknya, Ayse, di sekolahnya.Saat Hanum bertemu dengan Ayse, Ayse
menanyakan sesuatu kepada ibunya.
“Ma, Tante Hanum
muslim kan? Tapi kok Tante Hanum tidak berkerudung seprti kita?” begitu tanya
Ayse. Pertanyaan yang cukup mengejutkan Hanum tersebut hanya dijawab oleh Fatma
dengan jawaban “Tante Hanum masih sakit kepala.Nanti kalau sudah sembuh pasti
Tante Hanum berkerudung.”
Ayse, seorang
anak kecil yang telah memutuskan berkerudung dengan keinginannya sendiri
meskipun dia mendapatkan banyak ejekan dari teman-temannya. Teman-teman Ayse
masih banyak yang menganggap bahwa seorang muslim adalah teroris. Oleh karena
itu, Ayse sering diolok-olok oleh teman-temannya.Guru Ayse yang tidak tega
melihat keadaan Ayse, mencoba berbicara ke Ayse untuk melepas
kerudungnya.Meskipun terkesan dipaksa, Ayse tetap tidak mau untuk melepas
kerudunngnya.
Berbagai masalah
dialami Hanum dan Rangga dalam menjalani hidup di negeri orang sebagai
pendatang baru.Seperti halnya, Rangga yang mengalami kesulitan untuk melaksanakan
sholat di tempat kuliahnya dan juga Hanum yang mendapat protes dari tetangganya
karena bau ikan asin yang dimasaknya.Namun, Hanum dan Rangga tetap sabar dalam
menjalaninya.
Hanum, Fatma, dan
Ayse sudah merencanakan perjalanan yang menyenangkan untuk mengunjungi beberapa
tempat yang menjadi peradaban Islam di Eropa. Tempat pertama yang mereka
kunjungi adalah Sungai Danube.Selanjutnya mereka ke Bukit Kahlenberg.Bukit
Kahlenberg merupakan tempat pasukan Turki yang dipimpin Kara Mustafa sehingga
pasukan Turki terusir dari tentara Jerman dan Polandia.
Pada saat mereka
menyantap makan siang di kafe bukit tersebut, Hanum mendapatkan kebenaran
tentang cappuccino yang diceritakan oleh Fatma.Kebenaran ini adalah bahwa
cappuccino berasal dari Turki.Tak lama setelah menceritakan cappuccino, Hanum
menguping pembicaraan dua orang bule di balik pintu tempat duduknya.Dua orang
bule tersebut sedang membicarakan tentang roti Croissant.Si bule bercerita
kepada temannya bahwa roti Croissant bentuknya seperti bendera
Turki.Berdasarkan sejarahnya, pasukan Eropa pernah mengalahkan pasukan Muslim
Turki.Untuk merayakan kemenangan, masyarakat Eropa membuat roti Croissant yang
berbentuk bulan sabit.Mereka sengaja membuatnya untuk dimakan dan bukan untuk
di hormati.Hanum yang mendengarnya merasa kesal dan menghentikan Fatma dan Ayse
untuk melanjutkan makan roti Croissant tersebut. Sebelum Hanum menghampiri
kedua orang bule tersebut, Fatma mencegahnya dengan membayar makanan kedua
orang tersebut dan menitipkan surat ke pelayan.
Hanum merasa
kesal kepada Fatma karena ia tidak mau membela agamanya sendiri dan malah
membayar makanan orang yang telah mengolok-ngolok agamanya. Fatma menanggapinya
hanya dengan berkata bahwa ia seorang agen muslim dan ia ingin menjadi agen
muslim yang baik. Surat yang dituliskan Fatma berisikan pesan untuk kedua orang
bule yang berisikan “Halo, saya Fatma. Saya seorang muslim. Senang berkenalan
dengan kalian.”Fatma juga mencantumkan alamat emailnya. Saat kedua bule
tersebut hendak membayar makanannya, mereka menerima surat dari pelayan dan
merasa malu setelah membaca pesan tersebut.
Di lain sisi,
Rangga yang sedang gelisah karena mengetahui bahwa ujiannya akan dilaksanakan
hari Jum’at pada saat Sholat Jum’at berlangsung. Stefan, teman Rangga yang
seorang atheis, mengetahui kegelisahan Rangga dan menyarankannya untuk
berbicara dengan Profesornya.Rangga menyetujui saran tersebut. Lalu ia mengajak
Khan, temannya yang sesama muslim, untuk menghadap ke Profesor. Tetapi Khan
menolaknya, karena ia tidak bisa untuk bertoleransi jika melibatkan ibadahnya.
Keesokan harinya,
Fatma dan Ayse berjanji bertemu dengan Hanum di Museum Wien Stadt.Saat Fatma
dan Ayse tiba di museum tersebut, mereka tidak bertemu dengan Hanum dan mengira
bahwa Hanum membatalkan janjinya karena masalah kemarin.Tetapi, saat FAtma
menerangkan sesuatu kepada Ayse, tiba-tiba Fatma datang dan memeluk
Ayse.Akhirnya, mereka bertiga pun memasuki museum tersebut.Fatma sempat
menangis ketika melihat foto Kara Mustafa di museum ini.Ia baru menyadari bahwa
ia masih memiliki hubungan darah dengan Kara Mustafa. Hal ini diketahuinya
dengan nama belakang Kara Mustafa yang sama dengan namanya, yaitu Pasha.
Setelah dari
museum tersebut, Fatma mengajak Hanum kerumahnya.Disana, Hanum bertemu dengan
sahabat Fatma yaitu Latifa dan Ezra. Hanum diajak oleh keduanya untuk bergabung
bersama untuk menjalankan misi agen muslim yaitu mengajar mengaji anak-anak
muallaf. Fatma mengajak Hanum karena ia fasih berbahasa Inggris.
Rangga menemui
Profesor untuk membicarakan ujiannya. Sebelum ia meminta ijin, profesornya
mengatakan bahwa ia sangat menyukai proposal Rangga dan memberitahu Rangga
bahwa bulan depan ia akan pergi ke Paris untuk mengurus hal itu. Medapat kabar
tersebut, Rangga pun sangat senang dan berterimakasih ke Profesor. Tetapi
tujuan untuk menemui Profesornya tidak ia lupakan. Ia meminta ijin ke
Profesornya untuk mengganti jadwal ujian atau setidaknya mengijinkan Rangga
untuk melaksanakan ujian setelah Sholat Jum’at selesai. Tetapi hal itu tidak
dapat diterima oleh profesornya.Ia mengatakan ke Rangga bahwa ia harus menerima
konsekuensinya jika ia meninggalkan ujian ini yang berarti Rangga harus
mengulang di tahun depan. Mengetahu bahwa usaha membujuk profesornya gagal,
teman Rangga, Maarja, mencoba untuk menawari Rangga denga dia tidak ikut juga
dalam ujian tersebut. Maarja memang seperti memiliki rasa untuk Rangga meskipun
ia mengetahui bahwa Rangga telah mempunyai istri. Rangga menolak tawaran
Maarja. Dan di hari pelaksanaan ujian, dengan berat hati, Rangga memutuskan
untuk tetap mengikuti ujian sedangkan Khan tetap memilih untuk melaksanakan
Sholat Jum’at.
Hanum menjemput
suaminya di tempat ia kuliah. Disana ia bertemu dengan Stefan yang baru keluar
dari ruang ujian. Stefan yang langsung menyadari bahwa Hanum adalah istri
Rangga mengatakan bahwa ia senang bertemu dengan Hanum. Begitu juga dengan
Hanum.Hanum bertanya ke Stefan dimana Rangga berada, apakah dia masih
melaksanakan sholat Jum’at.Menyadari bahwa Hanum tidak mengetahui Rangga
meninggalkan Sholat Jum’at untuk mengikuti ujian, Stefan meninggalkannya.Tidak
lama kemudian, Rangga keluar dari ruang ujian.Hanum yang melihat wajah gelisah
di wajah suaminya, mengajak Rangga untuk melaksanakan Sholat Dhuhur.Sesampainya
di rumah, Hanum menerima email dari Fatma yang berisi permintaan maaf dari bule
yang ditemuinya di kafe Bukit Kahlenberg. Hanum merasa bahwa ternyata Fatma
benar dan ia merasa senang akan hal itu.
Sebelum
keberangkatan Hanum dan Rangga ke Paris, mereka bertemu dengan Fatma dan
suaminya serta Ayse untuk makan bersama.Fatma mengajak mereka berdua untuk
makan di sebuah restoran Islam yang memberikan kepercayaan penuh ke
pelanggannya.Di restoran ini, kita bisa makan sepuasnya dan membayar sesuka
kita.Setelah mereka selesai makan, Fatma memberikan titipan ke Rangga untuk
diberikan kepada Hanum.Sedangkan Hanum mengantar Ayse untuk pergi ke kamar
mandi. Fatma juga tidak lupa memberikan kartu nama Marion Latimer, temannya
yang tinggal di Paris. Fatma berharap Marion bisa menemani Hanum selama di Paris.
Sesampainya di
Paris, Hanum dan Rangga langsung menemui Marion. Setelah Hanum bertemu dengan
Marion, Rangga meninggalkan Hanum untuk melakukan tugasnya.Marion adalah
seorang muallaf yang merupakan ahli sejarah di Paris, bersama Marion, Hanum
diajak ke Museum Louvre.Di dalam museum tersebut terdapat banyak lukisan
lukisan terkenal, seperti contohnya Monalisa.Tapi yang menarik bagi Marion
adalah Lukisan Bunda Maria.Yang menarik dari lukisan tersebut adalah terdapat
kaligrafi yang bertuliskan La ilaha illallah.Tujuan selanjutnya yang dikunjungi
Hanum dan Marion adalah Monumen Arc de Triomphe.Monumen Arc de Triomphe
memiliki patung Napolleon Bonaparte diatasnya. Marion mengatakan bahwa monumen
ini memiliki garis lurus imajiner yang tepat membelah kota Paris. Jika garis
tersebut ditarik lurus sampai ke timur, maka garis tersebut tepat mengarah ke
Ka’bah, Mekkah.Mengetahui keajaiban ini, Hanum merasa terpukau.
Setelah
berkeliling di kota Paris dengan Marion, Hanum menemui Rangga di Menara Eiffel.
Dan di tempat inilah, Marion berpisah dengan Hanum dan Rangga karena mereka
akan kembali ke Vienna. Sebelum pergi, Marion menitipkan sesuatu untuk
diberikan ke Fatma dan Ayse.Hanum dan Rangga menyempatkan untuk berjalan-jalan
sebentar di Menara Eiffel.Dan disana Rangga mengumandangkan adzan Maghrib.Hanum
dan Rangga pun sudah kembali ke Vienna.
Saat Hanum
kembali ke Vienna, ia tidak dapat menemukan Fatma dan Ayse. Bahkan rumah mereka
kosong.Hanum mencoba menghubungi Fatma melalui telepon, sms, email, dan yang
lain, tetapi tidak ada balasan dari Fatma. Rangga yang melihat istrinya
bersedih teringat sesuatu bahwa Fatma
dulu sebelum mereka pergi ke Paris menitipkan sesuatu untuk Hanum. Dan ternyata
titipan tersebut adalah poster lowongan pekerjaan reporter. Hanum merasa bahwa
Fatma telah mempersiapkan ini agar ia tidak bosan setelah kembali dari Paris.
Marion menanyakan
ke Hanum apakah titipan untuk Fatma dan Ayse sudah diberikan.Hanum berkata
jujur bahwa dia belum bisa bertemu dengan keduanya. Lalu Rangga teringat dimana
ia meletakkan titipan tersebut. Setelah menemukannya, ia membawanya ke Hanum.
Hanum membuka isi titipan yang diberikan Marion tersebut. Setelah Rangga
melihat isi titipan tersebut, ia bertanya ke Hanum “Fatma sakit kanker?”.Hanum
terkejut mendengar pertanyaan suaminya.Rangga menjelaskan bahwa titipan
tersebut merupakan obat herbal untuk orang sakit kanker. Merasa penasaran,
Hanum membuka surat yang disertakan di titipan tersebut. Setelah membaca surat
tersebut, Hanum mengetahui bahwa ternyata Ayse yang sakit kanker. Hanum merasa
sangat sedih ketika mengetahui ternyata Ayse sakit kanker.Ia tidak menduga
bahwa anak kecil yang selalu ceria tersebut mengalami sakit yang parah.
Hanum mengajak
Rangga untuk pergi ke Bukit Kahlenberg.Dia mengatakan bahwa bukit ini merupakan
tempat favorit Ayse.Hanum sangat merindukan Ayse dan juga Fatma.Ia berharap
mereka berdua baik-baik saja.
Setelah dari
Bukit Kahlenberg, Hanum mengatakan keinginannya untuk pergi ke Cordoba,
Spanyol. Dan Rangga mengatakan “Oke kita akan kesana.”.
No comments:
Post a Comment